Kamipun Tak Jadi Bermalam di Tuktuk Pulau Samosir Parapat


Tuktuk Pulau Samosir, itulah tempat yang kami susun dan rencanakan untuk bermalam di hari pertama, dalam rangka Program Minal Masjid Ilal Masjid, awal Mei 2018 yang lalu, bersama rekan dari Medan dan dari Malaysia, saya sendiri dari Batam.

Bertemu di Kuala Namu lapangan terbang Medan, berangkat dengan penerbangan pagi dari Batam, sementara rekan dari Malaysia dari KLIA2 juga berangkat pagi, teman yang dari Medan pula bawa Ford. Dari Kuala Namu kami langsung berangkat menuju Pulau Samosir, memang sengaja tidak melalui Tol Tebing Tinggi. Sesampai di Kota Sungai Rampah kami sholat jamak Takdim.

Menikmati perjalanan perkampungan yang dilalui, membeli kerak dan lemang yang dijual di pinggir jalan, merupakan kenangan tersendiri. Beberapa jam kemudian jalanan mulai menanjak. Dari jauh telah terlihat air Danau Toba membiru dengan riak ombak beralun, dan dari jauh terlihat menara masjid, masjid ini terletak di tepi jalan Parapat, acap sholat disitu Masjid Pertama di Parapat Didirikan oleh Bung Karno , bila kebetulan lewat hendak ke Padang Sidempuan.

Kami langsung menuju terminal ferry penyeberangan ke Tomok, hari sudah pukul 17.00 waktu setempat, mentari mulai ke ufuk Barat tiba di Tomok, belok ke kiri, kami lalui Tomok menuju Tuktuk, sebuah kedai makan baru dibuka kami makan disitu, penjualnya malah berbahasa Jawa berasal dari Pematang Siantar, persis disebelah kedai makan itu ada restoran tertulis masakan Muslim, tetapi di plank namanya ada gambar Beer.

Banyak hotel penginapan di Tuktuk, mungkin karena bukan hari libur banyak pula kamar yang kosong, kami bertanya dimana lokasi masjid. Ternyata di Tuktuk Siadong Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara Indonesia ini tidak ada Masjid. Yang ada sebuah surau kecil yang terletak dibelakang Kantor Dinas Pariwisata di Tuktuk. Tidak ada plank nama surau, dipersimpangan tiga satu dijalanan menurun kebawah dan satu mendaki keatas disitulah letak surau yang akan kami tuju.

Sungguh tempat itu sangat tidak layak, kenderaan kami parkir dihalaman Kantor Dinas Pariwisata itu, tak ada orang untuk bertanya, seorang perempuan, yang kebetulan lalu kami tanya dimana suraunya, dia menunjuk kebelakang sekitar seratus lima puluh meter katanya. Kami berjalan diantara bangunan yang sudah kosong tidak terurus dan tidak ditempati, ditumbuhi semak dan sampah berserakan, melalui jemuran baju dari tali plastik berseliweran, kami menunduk nunduk berjalan tak juga bertemu juga bangunan surau.

Kembali lagi ke depan bertanya lagi dengan seorang bapak yang memandangi kami, terus saja ke belakang katanya. Dan kami ulangi lagi menyusuri jalanan itu tadi, ada parit terbuka, di depan bangunan kosong disebelah nya tembok, terpaksa menyingsing kaki celana karena parit itu kotor, terlihat sebuah bangunan sekitar ukuran 5 x 5 meter catnya masih baru, disebelah kanan depan pintu masuk ada tempat wuduk dua kerangan dan toilet, sementara sebelah kiri depan pintu masuk ada bangunan yang dindingnya bersatu dengan dinding surau tempat sang Imam dan keluarganya tinggal.

Azan magrib berkumandang kami sholat magrib berjamaa, hanya empat orang dewasa yang ada bersama kami, dan setelah itu kami sholat Isya. Selepas itu kami berbincang dengan Imam Surau itu, dan Ia mengatakan walaupun namanya surau tetapi ditempat itu dilaksanakan sholat Jumat, “Tidak boleh dinamakan Masjid” akunya.

Lumayan puluhan orang jamaah sholat jumat kata Imam yang juga sebagai penyuluh Agama honorer di Kantor Urusan Agama Kecamatan itu, ia bersama isteri dan anaknya sudah empat tahun tinggal disitu. Surau itu dulu dibangun oleh seorang pengusaha yang juga pejabat yang memiliki hotel, karena banyak tamu tamunya Islam dari luar daerah dia dirikan tempat sholat. Akses jalan dulunya dari lokasi hotel, tetapi sekarang jalan kesitu sudah ditutup dipasang tembok, jadi terpaksa harus melalui jalanan kotor yang tak layak tadi.

Sebenarnya Konsorsium dari Perbankan Syariah sudah menyiapkan dana untuk membangun masjid yang layak di lokasi pariwisata Tuktuk yang terkenal itu, lokasinya pun sudah disipakan, sekitar 300 meter dari lokasi surau yang sekarang, mereka belum mendapatkan izin dari Pemerintah setempat menyangkut ketentuan pendirian rumah ibadah SKB dua Kementrian. Hingga kini sudah dua tahun belum ada kabar beritanya.

Kami tak ada data berapa banyak turis datang dan menginap di Tuktuk, daerah yang menjorok ke tengah Danau Toba ini, terutama turis muslimnya seperti kami, yang tidak hanya untuk berwisata saja tetapi tentu menjalankan ibadahnya.

Begitupun makan,  hendaklah hati hati sebagaimana pesan sang Imam, mereka terkadang mencantumkan saja masakan muslim, harus diteliti betul belum ada lembaga halal disana yang bergerak.

Setelah berunding dengan rekan dari Malaysia, malam itu kami putuskan tidak jadi nginap di Tuktuk, salah satu tempat yang indah untuk berwisata, kami berangkat menuju Pangururan, disana ada sebuah masjid yang bersih terletak persis disamping Rumah Bupati ditepi Danau Toba, ada Penginapan dan Rumah Makan Muslim.

Selamat tinggal Tuktuk, maafkan kami tak jadi bermalam disana, untuk selanjutnya ramahlah sedikit terhadap kami.

 

 

 

 

Perjalanan Membawa Tamu di Batam.


Selamat datang di Batam

Selamat datang di Batam

Tamu yang kumaksud disini bukanlah tamu yang senang dengan hiruk pikuk kehidupan malam. Tetapi lebih kepada mereka yang suka tentang kehidupan ke-agama-an,  ya sudah tentu Islam.

Awal bulan April 2017 ini temanku datang dari Malaysia, tiba di terminal ferry Harbour Bay Batu Ampar Batam dari terminal ferry Stulang Laut Johor Malaysia sekitar pukul 09.00 pagi, mereka naik ferry yang awal, kami langsung menuju ke Sekolah Hang Tuah. Mereka mandi, sarapan lontong yang ada di kantin sekolah, dan ganti/tukar pakaian,  sejak pukul 24.00, malam sebelumnya,mereka naik Bus dari Kuala Lumpur ke Larkin. Larkin nama terminal bus di Johor Bahru. Naik taksi dari terminal bus ini ke terminal ferry naik taksi sekitar 15 RM. Dari terminal Ferry Stulang Laut ke Harbour Bay Batu Ampar lama perjalanan sekitar 90 menit, tarifnya pula sekali jalan 85 RM.

Setelah sarapan, kami keluar rumah, berangkat menuju Pelabuhan Telaga Punggur, pelabuhan ferry ke Tanjung Pinang, ongkos ferry ke ibukota provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini Rp. 56.000,- perorangnya. Tiba di pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang, sekitar satu jam perjalanan, kami menuju dermaga pompong yang hendak ke Pulau Penyengat. Naik pompong atau boat ini sekitar 15 menit, walaupun jaraknya tidak terlalu jauh hanya beberapa kilometer, memakan waktu karena laju boatnya pelan sekali.

Sembari menunggu penumpang cukup 15 orang, kami makan otak otak penganan dari ikan dicampur tepung, dibungkus daun kelapa, dipanggang diatas bara api tempurung kelapa. Otak otak ini banyak dijual disepanjang jalan keluar dan masuk dermaga. Sepertinya makanan ini khas Tanjung Pinang, walaupun di daerah lain ada dijual, tetapi rasanya berbeda, harganya cukup murah hanya rp.1.000,- sebuahnya.

Tambang atau ongkos dari dermaga pompong Tanjung Pinang ke Penyengat rp. 7.000,- perorang, tetapi kalau dicharter rp. 100.000,- bisa charter pulang pergi rp. 200.000,-. sang boat charteran akan menunggu kita.

Rencana, hendak shalat Juhur berjamaah di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, tetapi sesaat kami naik keatas boat, terdengar suara azan.  Dari dermaga ke masjid Sultan, tidak terlalu jauh sekitar seratus meter. Kami tiba jamaah shalat Juhur dari masjid itu sudah bersurai. Beberapa orang masih terlihat shalat, sepertinya masjid itu tidak pernah sepi dari orang shalat, kami pun shalat.

Di depan masjid bersejarah ini ada sebuah bangunan tempat Imam Masjid menerima tamunya, kami yang sebelumnya sudah buat janji hendak bertemu, bebincang tentang sejarah Melayu, dan yang kami temui, betul menguasai Sejarah yang ditanyakan.

Di Pulau Penyengat ada beberapa tempat bersejarah terutama tentang tamadun Melayu, untuk keliling ke tempat tempat itu kita bisa naik becak tarifnya selama satu jam rp. 30.000,- Beberapa tahun yang lalu untuk mengunjungi tempat tempat itu harus berjalan kaki, kemudian ada speda motor dan kini ada beca bermotor pula. Distu terdapat sebuah penginapan bagi mereka yang hendak bermalam. tarifnya sekitar 150 ribu rupiah semalamnya.

Kami mengunjungi makam Raja Ali Haji pengarang Gurindam Dua Belas,  di komplek makam Engku Putri atau Raja Hamida, teman teman dari Malaysia terlihat cukup menikmati dan sangat terkesan. Apalagi saat membaca tulisan syair Gurindam di dinding makam, coba mendendangkan irama syair, yang sudah lama tidak terdengar lag

Bersama pelajar Mindanao yang belajar di Mahad Said Bin Zaid mereka menggunakan bahasa Iranun

i di tempat mereka,  mengingatkan masa kecil dahulu, dan ternyata irama itu berasal dari Pulau ini.

Hari beranjak petang, waktu itu cuaca agak mendung sedikit hujan gerimis, kami kembali ke Tanjung Pinang tidak mengunjungi situs yang lain. Perut terasa lapar, kami makan di kedai nasi Padang, yang terletak dekat pelabuhan. Sengaja makan di kedai nasi Padang karena rasa ini cocok dengan selera. Dan dengan ferry kembali menuju Batam.

Pelabuhan Telaga Punggur Batam yang sedang direnovasi kotor becek masih mengutip retribusi uang masuk, di Tanjung Pinang untuk masuk ke terminal ferry dipungut uang sebesar rp. 5.000,- perorang,

Dari pelabuhan Telaga Punggur dengan mobil kami langsung ke Mall Nagoya Hill, satu pusat perbelanjaan yang cukup besar dan ramai di Batam, sekitar satu jam disitu. Kami menuju masjid Jabal Arafah, terletak di sebelah Timur Mall.

Masjid ini juga salah satu tempat kunjungan para tetamu yang datang ke Batam, terletak diatas ketinggian bukit, ada menara, terlihat dari Mall, kalau kita naik keatas bisa melihat sekeliling Batam, tentu membayar beberapa ribu rupiah.  Hari sudah magrib, kumandang azan terdengar, teman melaksanakan shalat jamak taqdim dan qashar. Setelah itu kami makan malam diseputaran Nagoya. Dan pulang ke rumah, sudah penat dan mengantuk karena sejak semalam belum selesa lagi tidur maklum didalam bus.

Pagi keesokan harinya sekitar pukul 08.00, kami keluar menuju, Mahad Said Bin Zaid, Mahad ini didirikan oleh Asia Muslim Charity Foundation (AMCF) bekerjasama dengan Muhammadiyah Batam. Disitu terdapat puluhan mahasiswa dari berbagai negara ASEAN, termasuk dari Piliphina yang sengaja hendak kami temui, kebetulan tamu yang bersama kami kali ini adalah dari Sabah, dipertemukan dengan pelajar dari Mindanao yang bisa bahasa iranun.

Beberapa saat berbincang, dari mahad kami menuju Pelabuhan Sagulung, dari dermaga  ini naik boat laju menuju pulau Bulang Lintang, di Pulau Bulang Lintang terdapat makam terakhir seorang Tumenggung Kesultanan Johor yaitu Tumenggung Abdul Jamal, nama Tumenggung ini diabadikan oleh Pemerintah menjadi nama stadion olah raga di Batam.

Naik boat laju dari Sagulung,  kalau ramai ramai atau sekitar 5 orang, perorangnya rp. 20.000,- jika kita pakai satu boat rp. 100.000,- . Di warung yang terdapat di pelabuhan rakyat ini kami makan, menu, lagi lagi nasi Padang, ikan sambal dan tak ketinggalan sambal ijo, “Ada dua gunung.” ujar teman Akiah Barabag, Ia mengambil poto nasi yang ada didalam piring, sajian khas yang tak pernah ditemuinya ditempat lain.

Melalui melaju pulau pulau kecil yang berhampiran dengan Batam terlihat ratusan kapal dan tongkang tongkang yang sedang di buat di dock Shipyard. Kami sampai di Pulau Bulang Lintan dan menuju komplek makam sang Tumenggung dan isterinya, serta kerabat yang lain.

Konon,  setelah dari Bulang Lintang pemerintahan sang Tumenggung berpindah ke Singapura, setelah itu ke Johor dan hingga sekarang. Seperti yang tertulis diatas marmar yang terpasang di dinding makam.

SONY DSC

Sembari bertolak pulang kami singgah dan melihat kerambah apung, kembali ke Sagulung, sampai di Tembesi, kami berbelok kekanan mampir ke jembatan Barelang, satu ikon Batam yang harus dikunjungi.

Seterusnya dilanjutkan shalat di masjid Raya Batam. Masjid Raya Batam ini  adalah masjid terbesar di Batam, keistimewaan masjid ini tidak mempunyai tiang ditengahnya. Dari pelataran masjid terlihat kantor Walikota Batam atau Datuk Bandar, gedung DPRD Batam, Asrama Haji, dan dari situ juga terlihat tulisan “Well Come to Batam”  terletak di ketinggian bukit sebelah selatam masjid. Dari pelataran masjid itu juga banyak orang berpoto dengan latar  belakang tulisan tadi.

Masih didalamhalaman masjid banyak orang berjualan, kami menikmati rujak buah bumbu kacang yang dijual di gerobak, rujak yang dihargai rp. 12.000,- ini ludes habis memang lumayan enak rasanya. Sayang Cendol Dawet hari itu tidak ada kami inum air kelapa muda.

Setelah itu kami menuju pelabuhan ferry Batam Center, hendak pulang ke Malaysia, kalau kemarin datang ke Batam melalui pelabuhan Harbour Bay, pulangnya melalui pelabuhan Batam Center, dari Batam perorangnya sebesar rp. 255.000,-

Menjelang pukul 15.00 waktu Batam, mereka memasuki ruang tunggu dan pulang kembali ke Stulang Laut Johor Bahru Malaysia. Perjalanan yang cukup padat dalam waktu singkat semoga bermanfaat.

 

 

SURAT TERBUKA UNTUK PM MALAYSIA TUN NAJIB.


 

ASAP MENJADI BERKAH BAGI PEKEBUN SAWIT DI SEMENANJUNG?.

asap1Asap….tahukah Tuan bahwa asap sangat berguna bagi kesuburan buah sawit?…sejak asap “melanda” sebagian wilayah semenanjung melaya.

Malaysia menjadi pengekspor minyak sawit terbesar dunia, asap sumatera tak sampai ke utara semenanjung, bunga sawit, tak sebanyak menjadi buah sawit yang di selatan, misal nya negeri johor . Di utara malaysia, seperti di Kelantan dan Perlis yang berbatasan dengan Thailand (Narathiwat, Setun) buah sawit tidak sebanyak di negeri yang diasapi. Apalagi di daerah Burma, misal Kaw Thaung perkebunan sawit luas di selatan Myanmar yang berbatasan dengan Thailand Ranong dan laut andaman.

Oleh sebab itu selayaknya pemerintah Malaysia memberikan konpensasi kepada korban asap, karena asap ini telah menaikkan hasil buah sawit perkebunan di seluruh semenanjung.
Saya pernah lalu dari mulai Sabah hingga ke Serawak, buah sawit tidak sama hasilnya dengan di semenanjung.

Saya baru dari Myanmar, lalu dari Thailand selatan, terus ke Rantau Panjang dan berakhir di Johor “Benihnya sama, ini yang bagi malaysia, tetapi hasilnya tak sama” ujar penduduk Myanmar saat kami lalu di perkebunan sawit , hanya terlihat beberapa tandan bunga yang tak berbuah.
Pak Najib, “mengasapi” pohon palm termasuk menghilangkan hama.

Pekebun sawit di malaysia sangat beruntung mendapatkan asap kiriman dari sumatera, angin yang meniup asap itu membuat berkah kepada negeri anda, terutama pekebun sawit itu.

Dalam udara normal oksigen (O2) sekitar 16 % , asap asap “kiriman” ini tidak sampai membunuh manusia, karena masih dalam batas toleransi.

Tetapi cukup untuk “membunuh” kutu hama yang ada di tandan sawit perkebunan pekebun di semenanjung.

Saya tidak hendak berandai andai, apakah memang ada kesengajaan pembakaran, untuk menghasilkan asap percuma….??
Saya melihat berhektar hektar pohon sawit tidak produktif di utara yang tidak kena asap.

Ini hasil dari pengamatan saya, bahwa kebun kelapa sawit yang terkena asap akan berbuah lebih banyak dari yang tidak terkena asap.

Data itu sangat mudah di dapat oleh anda, bandingkan satu hektar sawit di daerah negeri Johor, dengan di Kelantan sana.

Catatan Perjalanan dari Makassar: Mengunjungi Masjid Amirul Mukminin Masjid Terapung di Makassar


SONY DSC

SONY DSC

MAKASSAR — Mengunjungi Makassar dari Batam, naik pesawat terbang lebih mahal ketimbang melalui Kuala Lumpur.
Kesempatan mengikuti Muktamar Muhammadiyah ke 47, Buletin Jumat (BJ) berangkat dari Kuala Lumpur bersama delegasi dari Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam. Tiba di bandara Hasanuddin kota Anging Mamiri itu, kami dibawa langsung ke Hotel Aryaduta. Lokasi Hotel ini persis didepan Pantai Losari.
Cukup letih juga bagi BJ, perjalanan dari Batam naik ferry terakhir, ke Stulang Laut ke JB central, darisitu BJ naik kereta api malam ke KL central dengan tiket seharga 39 RM. Kemudian berangkat pukul 23.00 tiba pukul 07.00 pagi. Turun dari tingkat tiga terminal, kelantai dasar bus jurusan ke KLIA2 tiket bus 11 RM.
Shalat subuh di dalam kereta api, sambil duduk di tempat tidur, karena tidak dapat berdiri. Mandi setelah tiba di KLIA2, di terminal keberangka tan, pengelola menyediakan tempat mandi bagi para penumpang Air Asia.
Penerbangan dari KL ke Makassar sekitar tiga jam, pulau pulau kecil, dengan air yang jernih terlihat indah dari udara sesaat hendak mendarat di lapangan Hasanuddin.
Pantai Losari, salah satu pantai tujuan wisata di teluk Makassar, mulai petang hingga larut malam, pantai ini tak henti hentinya di datangi para pengunjung, sepanjang lebih dua kilometer pinggiran pantai ini dipadati penjual pisang bakar.
Masjid Asmal Husna
Makassar tidak hanya terkenal dengan wisata kulinernya saja jelas Walikota Makassar. “Di Makassar ba nyak makanan khas dan memakannya disesuaikan berdasarkan waktu. Jam 7 pagi di Makassa kita bisa menikmati songkolo, jam 8 hingga jam 10 pagi Nasi Kuning, dan jam 13.00 hingga 15.00 waktunya menikmati coto Makassar” Ujar Danny nama akrab walikota Makassar ini di tempat kediaman pribadinya, rumah cukup luas bisa menampung ratusan orang memiliki lapangan oleh raga sendiri. Para tamu juga disuguhi makanan khas Makassar seperti Bikangdoang, Sanggara Unti dan Lame Kayu, dan minuman khas dari jahe Sarabba.

SONY DSC

SONY DSC

Banyak landmark menarik yang bisa dilihat di kota ini. Salah satunya adalah Masjid Terapung di Pantai Losari.
Kalau Jedah memiliki masjid Ar-Rahmah yang dikenal oleh jemaah haji Indonesia sebagai masjid terapung. Di Makasar pun kita bisa menemukan mesjid terapung yang indah dan unik. Sebetulnya mesjid terapung di Makassar itu bernama Masjid Amirul Mukminin. Tetapi sang walikota penerus pembanguan ide walikota sebelumnya menjelaskan bahwa kubah diameter sekitar 9 meter dua buah berdampingan dan tangga menuju ke lantai tiganya membentuk angka 99 melambangkan asmaul husna. “Bila dilihat dari atas dua buah kubah dan tangga membentuk angka 99, melambangkan asmaul khusna” ujar walikota Makassar yang ber-ibu Aisyiah dan ber-bapa dari ormas NU.
Hal yang belum pernah diungkapkan oleh walikota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto ke publik, saat menjamu rom bongan Muktamar Muhammadiyah dikediaman beliau
Mesjid ini terletak di teluk Makassar atau di pantai Losari. Karena Mesjid dengan arsitektur modern ini memang dibuat di bibir pantai dengan pondasi cukup tinggi, maka dalam keadaan air pasang terlihat seperti terapung di laut.
Mesjid indah di pinggir pantai losari itu dibalut warna putih yang dominan dan abu-abu serta juga dilengkapi menara yang tinggi menjulang sekitar 16 meter, menambah keanggunan mesjid tersebut. Kala itu Mesjid ini diresmikan oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla pada 21 Desember 2012 silam.
Meskipun kelihatannya mesjid ini tidak terlalu luas, namun ternyata, mampu menampung sekitar 400 sampai 500 jamaah. Suasana di dalam Masjid ini terasa nyaman walaupun lokasinya berada di daerah terik. Didisain terbuka sehingga angin laut bisa masuk dengan bebas, dari jendela jendela yang terbuka.
Di bawah kubah itu, pengunjung da pat menggunakannya untuk beribadah sambil menikmati keindahan pantai Losari dan daerah sekitarnya . Apalagi sambil menunggu matahari terbenam kita bisa naik ke bagian atas, menikmati suara deburan ombak. Angin yang bertiup cukup kencang dan menunggu matahari terbenam. Indah sekali. Dan yang paling penting shalat magrib tidak sampai tertinggal. Banyak tepi pantai tidak memiliki sarana tempat beribadah. Konsep pantai memiliki masjid, ide walikota Makassar ini perlu di tiru.
Pelataran dan jembatan yang luas bisa menjadi tempat untuk berfoto ria mengabadikan keindahan mesjid terapung di pantai Losari ini sambil menikmati hidangan khas Makassar, pisang epek.
Sepanjang jalan kiloan meter tidak di pungut parkir untuk semua jenis kenderaan, orang berjualan angkringan pun tidak ditarik retribusi. Pantes kota Makassar acap menerima penghargaan, dan tertata baik dikelola oleh Walikota berlatar arsitek ini. (imbalo)

Pesan untuk Allah SWT dari : Masjid Dalam Perut Bumi dan Masjid di Atap Bumi.


masjid atap dunia3

masjid atap dunia3

masjid atap dunia2 masjid atap dunia1 masjid atap duniaMata dunia lagi tertumpuh ke Papua.
Hampir sekitar 2.000 meter didalam perut bumi Papua Indonesia, masjid ini dibangun untuk pekerja tambang. Pernah merasakan bagaimana shalat didalamnya? , sebagaimana sensasi saat berjalan kaki melalui terowongan Mina di Makkah di waktu tengah malam dijalanan sepi berkilometer jauhnya.

masjid dalam bumi2

masjid dalam bumi2

masjid dalam bumi1 masjid dalam bumi

Masjid di Atap Dunia, di Pokara kota laluan untuk para pendaki ke Gunung Himalaya berdiri masjid dengan kokohnya, kekuatan gempa Nepal baru baru ini, nyaris tak menyentuh bangunan masjid yang sudah ratusan tahun itu berdiri.

Pengalaman Dalam Ramadhan dengan Makanan Berbuka Puasa


resto halalCatatan Kecil: Imbalo Iman Sakti

Alangkah sayangnya puasa kita sejak fajar menyingsing, tiba petang saat berbuka, ternyata kita mengkonsumsi makanan yang tidak halal.

BATAM– Jamak terlihat jauh hari sebelum Ramadhan tiba, spanduk menyambut bulan suci ini terbentang disepanjang jalan terutama di persimpangan. Ada dari tokoh politik yang sedang “kampanye” ada pula yang dari hotel dan restoran. Penawaran berbuka bersama, dengan special harga dan berbagai menu.
Demikian juga di media elektronik dan media cetak, menu berbuka ini jor joran ditawarkan.
Dibeberapa media cetak yang terbit di Batam, ada iklan yang memuat menu makanan di restoran, dengan menyediakan ta’jil free dengan syarat berbuka untuk minimal 10 orang perpaket menca pai jutaan ribu rupiah.
Buletin Jumat (BJ) melihat iklan Restoran hotel itu, tidak semua mempunyai sertifikat halal. Mala ada yang beraksara China, hanya mencantumkan tulisan NO PORK NO LARD.
Dalam Islam makanan itu men jadi tidak halal yang tadinya halal, bukan hanya tercampur unsur babi saja. Khamar yang dicampur kan dalam memasak membuat makanan itu menjadi haram.
Acap para koki di restoran itu yang nota bene orang Islam terkadang kurang menyadarinya. “Ini makanan laut ya pasti halallah” demikian ucap mereka .
Mereka dalam menghilangkan amis, membersihkan dan mengem pukkan makanan itu dengan sejenis khamar. Beberapa restoran di Jakarta, memasak daging untuk dijadikan rendang misalnya yang tadinya delapan jam dengan di rendam terlebih dahulu dengan khamar sudah empuk dan hanya dimasak 4 jam saja. Demikian pula makanan laut, menghilangkan amis di rendam khamar.
Pastikan bahwa makanan anda yang menyala-nyala apinya diatas wajan tempat memasak bukan dicampur dengan Ang Ciu sejenis khamar yang acap di tambahkan saat memasak sehingga menimbul kan aroma khas yang mengun dang selera. Ang Ciu itu haram. Makanan yang dibubuhi Ang Ciau menjadi haram. Walaupun itu kepeiting , ikan dan sebagainya.
Adalagi yang membuat maka nan itu menjadi haram, tempat masak pantry yang menjadi satu memasak makanan haram dengan makanan yang halal. Tempat penyimpanan antara daging sapi, ayam dan daging babi. Hal ini acap terjadi dicampur didalam kulkas yang sama. Disebuah swalayan di Batam BJ pernah menemukan ketiga daging terse but dipajang berbarengan, dengan pelayan yang sama, alat potong pisau yang sama.
Demikian pula dengan minuman, tidak semua sari minuman yang di jajakan mereka mempunyai sertifi kat halal, alasannya syrup – syrup itu tidak dijual dan diproduksi dalam negeri. Bistro-Bistro acap menjual minuman berkhas aroma buah buahan luar negeri tidak di label halal. Dalam temuan BJ di mall di Nagoya sebuah Bistro yang telah mendapatkan sertifikat halal pun masih menyediakan syrup buatan luar negeri ini yang tidak berlabel halal.
Hal ini terjadi mungkin ketidak tahuan sang pelayan Bistro, karena kebanyakan pemilik Bistro itu bukan orang Muslim. Dan bisa jadi pengawasan dari lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifi kat halal itu tidak optimal.
Jadi kita sebagai konsumen harus peduli, tanyakan kepada pelayan nya atau pengelolanya.
Konsumen muslim pun diharap kan jangan mau memebeli, meng konsumsi makanan ataupun minuman di tempat yang tidak bersertifikat halal. Hindari semak simal mungkin, hal ini acap BJ alami saat para pejabat membuat acara di hotel rekan bisnis dan kerbata mengajak berbuka di resto hotel yang tidak jelas kehalalannya. katakan tidak, atau anjurkan ketempat yang jelas haram halalnya.
Untuk diketahu bahwa beberapa toko roti besar dan terkenal di Batam hingga kehari ini belum memiliki sertifikat halal. Mereka dengan enteng saja menjawab tanpa sertifikat itupun dagangan nya laris manis. So pasti pengkon sumsinya adalah orang Islam.
Selama kita masih tak peduli dengan hal hal yang haram dan halal ini dalam kehidupan kita sehari-hari selama itulah pula para pedagang tidak memperdulian bahwa dagangan yang mereka jual bercampur dengan yang haram.
Jadi kembali lagi kepada kita sebagai umat Islam momentum dalam bulan Ramadhan ini kita mulai dan diri kita dan keluarga kita sendiri peduli dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Alangkah sayangnya puasa kita sejak fajar menyingsing tiba petang saat berbuka, ternyata kita mengkonsumsi makanan yang tidak halal.
Wallahu a’lam (***)

Pengumuman Hasil UN 2015 tingkat SMA/SMK sederajat


Besok  Jumat 15 Mei 2015 pebawesdan 3ngumuman kelulusan siswa tahun ajaran 2015 akan disampaikan di sekolah masing-masing, semua sekolah sudah menerima hasil nya dari Kemendikbudnas, siapa saja yang lulus siapa yang tidak lulus sebenarnya sudah diketahui.

Akh tahun ini (2015) sungguh sungguh sangat mengecewakan. banyak sekolah yang tak lulus untuk UN 100 %.

Hem..tarikan nafas panjang.. kebijakan  pemerintah priode lama dan baru, jadi korban anak didik juga…. yang sabar ya yang tidak lulus, bulan depan Juni 2015 yang tidak lulus akan diulang lagi. “Sayang mereka tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi”

Tetapi untuk yang ingin bekerja diberikan surat tanda tamat belajar.

Hal ini pernah kami alami saat PSB dari Juni ke Desember dan dari Desember kembali ke Juni.

Ada kurikulum KTSP belum selesai ganti ke 2013 dari 2013 dipasung entah bagaimana.

Yang korban anak didik juga.

Ganti menteri ganti kurikulum………….sadarkah mereka?

Ularpun Ikut Menggeleng Kepala


Mendadak Pawang Ular: Tahu kalau bukan orang tempatan dengan membayar 300 RSL kitapun bisa melihat ular mengeleng gelang.

Mendadak Pawang Ular: Tahu kalau bukan orang tempatan dengan membayar 300 RSL kitapun bisa melihat ular menggeleng gelang.

Catatan Perjalanan dari Sri Lanka

SRILANKA– Mengunjungi Sri Lanka berangkat dari Batam. Melalui Kuala Lumpur – Colombo dengan Air Asia lebih murah, bila kita kembali dari Colombo – Kuala Lumpur lebih mahal. Selisihnya hampir 2 kali lipat.
Harga barangan lebih mahal di Colombo dari pada Kuala Lumpur. Begitu juga gaji karyawan biasa, di Malaysia dibayar 1.800 RM di Colombo hampir dua kali lipatnya, sebesar 45.000 RSL.
“Saya bekerja di Malaysia hanya satu tahun “ ujar Aleem yang dapat berahasa melayu, sewaktu kami bertemu di Masjid Merah. “Aleem tidak akan ke Malaysia lagi kalau untuk bekerja” tambahnya sambil tersenyum.
Seperti Aleem banyak rakyat Sri Lanka, tak mau mengaut upah Ringgit, karena tak bisa diandalkan di negaranya,beda dengan pekerja asal Indonesia, dengan gaji 1.800 RM sudah termasuk besar, kalau dikurs jadi rp 6 jutaan UMK Batam sekitar 2,5 juta rupiah.
Itu juga agaknya tak banyak pekerja asal Sri Lanka di Malaysia, hal ini berdampak dengan penggunaan bahasa melayu di negara pulau itu. Bahasa melayu yang mereka pergunakan adalah bahasa melayu khas Sri Lanka.
Berbeda dengan Nepal, negeri yang baru ditimpah musibah gempa ini, ratusan ribu tenaga kerjanya di Malaysia. Saat Buletin Jumat mengunjungi negeri tempat kelahiran sang Budha Gautama itu banyak orang dapat berbahasa melayu logat Malaysia disana.
Gelengan kepala tanda setuju
Perbedaan lain Sri Lanka, seluruh daratannya mengakses ke laut sementara Nepal seluruhnya daratan. Dan persamaan spesifik antara keduanya adalah kalau bicara menggeleng gelengkan kepala.
Teman seperjalanan, Ashari, punya pengalaman khusus dalam hal mengeleng-gelengkan kepala ini. Saat hendak memarkirkan kenederaan yang kami rental termasuk supirnya, Ashari yang duduk di depan turun terlebih dahulu melihat disuatu tempat yang sangat ramai dan susah parkirnya ada satu parkiran yang kosong, mungkin karena naluri di pelabuhan Batam Center, Ashari pun berdiri di tempat yang kosong itu, sembari berkata kepada supir parkir disini saja. Sang supir tersenyum, menggeleng-gelengkan kepalanya (tanda setuju). Melihat itu Ashari berlalu dari tempat kosong dan langsung saja ada kenderaan lain yang masuk kesitu. Rupanya Ashari mengartikan gelengan kepala tanda tak setuju.
Bukan sekali itu saja salah faham, selama empat hari bersama hal itu terus berulangkali, pesan makanan batal karena gelengan kepala.
Saat dari Lapangan terbang hendak ke kota Colombo “Sudahlah kalau begitu kita masuk jalan tol saja, biar cepat” ajakku. Sang supir pun menggelengkan kepala. Dia terus menembus macet jalanan, semakin macet, ee dah tiba di pintu tol. Lha tadi geleng geleng kepala, batinku dalam hati sekarang koq masuk tol juga.
Jadi bila berkesempatan datang ke Colombo, siaplah dengan gelengan kepala. Banyak gerai menjual batu mulia, kecil-kecil, harganya lumayan mahal, tak seperti di Batam, banyak batu yang besar, harganya murah. Batu yang berwarna warni itu dijual sampai puluhan ribu dolar US. Pemandu wisata selalu mendekati kita dan mengajak ke gerai dan museum batu itu. Dan perlu diingat bisa tawar menawar disitu, saat kita tawar dan si penjual menggeleng gelengkan kepala berarti dia setuju dengan harga yang kita tawar, jangan dinaikkan lagi tawaranya.
Penghasil teh terbesar di Dunia
Disamping terkenal dengan batu, Sri Lanka pun terkenal penghasil teh terbesar di dunia, teh ini di jual di gerai-gerai dan museum teh yang terdapat dihampir semua kebun teh. Merk teh sama dengan kebun dan pabrik tehnya. bermacam-macam kemasan indah, menarik sebagai souvenir dibawa pulang ke tanah air.
Nah ini yang perlu diingat, dengan kemasan sama, merek yang sama, harga jual di museum jauh lebih mahal dengan yang ada di lapangan terbang. Teh-teh kering kiloan ini banyak di jual disepanjang jalan Old Moor dan jalan jalan lain di Colombo.
Restoran warung menjual teh, dalam gelas kecil bisa dinikmati sepanjang hari, terkadang teh dicampur dengan susu kambing, dimakan dengan sejenis kue gorengan bumbu khas Sri Lanka, nongkrong di depan masjid menunggu azan magrib tiba.
Beberapa restoran dan warung itu tutup saat waktu shalat tiba. (***)

Melayu Sri Lanka


melayu srl2SRI LANKA- City Motel di jalan Old Moor tempat kami menginap, tidak jauh dari Masjid Merah. Dari selatan masjid jalan satu arah ke barat, jadi berjalan dulu ke belakang masjid, baru naik bajaj seharga 80 rsl. Lurus saja jalannya sekitar satu kilometer jaraknya.
Moor, adalah sebutan penjajah portugis, menyebut muslim keturunan Arab di Sri Lanka, hal ini juga mereka sebut di Piliphina, Moor atau Moro, pejuang Islam yang hingga kini minta kemerdekaan di Mindanao sana.
25 $ US semalam untuk dua orang tanpa ac, tanpa sarapan pagi, kamar mandi pun bersama, tarip penginapan yang cukup mahal bila dibandingkan dengan Singapura.
Kota Colombo yang terletak di tepi pantai dan pelabuhannya sangat sibuk, bangunan rukonya model lama, hampir semuanya pedagang muslim. Ekspor impor teh dan hasil bumi lainnya. Buruh berkain sarung mendominasi. Bekas ludah pemakan sirih berserakan dimana-mana. Agak kotor, maklum pasar
Orang sana menyebut Colombo, terdengar seperti bunyi Kalambu. Dan agaknya karena banyak sekali nyamuk, rumah yang tak berpendingin dan tidak tertutup rapat, semuanya dilengkapi dengan kelambu, termasuklah di tempat kami menginap.
Sailan, Ceylon dan kini Kalambu (Colombo), mung kin agaknya me mang melayu orang-orang Sri Lan ka yang mempo pulerkannya. Dan hal ini bisa saja ka rena lebih 80 per sen orang melayu Sri Lanka ada di Colombo.
Dekat tempat kami menginap ja rak 100 meter ada sebuah Masjid besar Grand Mas jid namanya, agak keatas bukit dari situ terlihat jelas Masjid Merah, sepanjang jalan Old Moor itupun terdapat beberapa buah masjid kecil kecil.
Sri Lanka pernah diperintah seorang raja muslim. Sekitar 2 jam perjalanan ke selatan dari Colombo ada satu pro vinsi penghasil teh terbesar di Sri Lanka namanya Kandy, nah lagi lagi orang sana menyebutnya Kendi, tentulah orang melayu tahu apa itu kendi, tempayan tempat air.
Kota berhawa sejuk di pegunungan ini menjadi tujuan para turis, kami me nginap semalam tarip hotelnya lebih mahal lagi 8000 rsl semalam. Hotel tua mungkin sudah ratusan tahun terlihat dari lift nya, lift hotel ini mengingatkan lift yang ada di sebuah pertokoan tua di Manila. Banyak bangunan tua di Kandy, sebuah hotel tua Hotel Islam namanya terletak persisi di tengah kota Kandy.
Kota Kandy mirip Bandung, dikelilingi pegunungan. Danaunya yang indah berair jernih, danau itu dikelilingi bangunan bersejarah masa penjajahan dulu.
Sri Lanka luasnya sekitar 11 kali pulau Bali, sungai berdinding terjal dan curam mengalir dari perbukitan membelah dua Sri Lanka sampai ke Jaffna diutara. Rencana akan dibuat jembatan dari jaffna ke India. Wah… kalau ini terlaksana akses ke Sri Lanka lebih mudah lagi.
Di Kandy sama dengan kota lain di Sri Lanka banyak burung gagak berterbangan, kotoran burung gagak berwarna putih mengotori, patung-patung hitam yang terdapat di ta man, patung budha pun tak terkecu ali, burung-burung itu bertengger dia tas kepala patung dan buang kotoran nya disitu. Untuk menghindari koto ran burung itu banyak patung budha yang berdiri di sepanjang jalan dibuat kan dan dipasangi rumah dan kotak kaca. Kalau kita berjalan jalan diba wah pepohonan yang ada di pinggir jalan, siaplah sesekali diberaki burung yang bertengger didahannya.
Tak cukup rasanya sehari di Kan dy, tengah hari kami tinggalkan Kan dy berangkat menuju Tissama harama, kota di tenggara yang terle tak di pinggir laut berbatasan dengan Maladewa dan Aceh Indonesia.
Berjam-jam melewati kebun teh Sri Lanka, berkelok kelok diudara yang sejuk diketinggian 2000 an meter, terbentang luas tanaman palawija seperti di Brastagi, kubis, wortel, buncis kentang tanaman khas pegunungan. Banyak sayuran tetapi hampir semua rumah makan yang kami singgahi tidak menyajikan maka nan yang mengandung sayuran. Semua makanan menu India, kucoba sekali memesan sop sayuran, sebagai mana yang tertera dalam menu, sop sayuran itu kuanya kental mungkin di campur susu.
Ada menu kangkung, dan mereka menamakan sayuran itu kangkung tumis, meskipun tidak mirip dengan tumis kangkung di tempat kita luma yanlah. Agak kangkung ini dikenal, karena tidak dipungkiri dari puluhan ribu melayu Sri Lanka itu, sebagian berasal dari Jawa. Sewaktu Belanda menjajah Indonesia dan Sri Lanka, dulu, ribuan tentara dari Jawa dibawa kesana. Termasuklah asam jawa turut serta dibawa? Kalau kita mengunjungi museum Sri Lanka, terlihat tahun kedatangan VOC di negeri itu.
Hukum DM dan MD
Bahasa melayu Sri Lanka, pun bermacam-macam, terkadang ada kata-kata dari Kelantan Utara Malaysia (Patani Thailand), ada dari Jawa, dan terkadang terdengar seperti dari Bugis, seperti menyebut hutan, jadi hutang, ikan jadi ikang.
“Saya Kakek mari datang Sawa ngan” ujar Azzor pemuda yang berte mu di kantor Coslam. Coslam adalah Konfrensi Melayu Sri Lanka. Persa tuan ini setiap tahun memperingati Hari Berbahasa Melayu di Sri Lanka.
Ahmed Azzor, putra presiden per satuan Coslam yang kuliah di Malaysi itu menulis dalam watsapku : “Saya bagi tahu informasi dari dapat hari itu kepada semua Coslam. Kalau ada apa2 kami contact engkau ok”
Ini sudah lumayan bagus karena tiga tahun kuliah di Malaysia, semen tara tak banyak mereka yang bisa berbahasa melayu itu dapat menulis kan apa yang diucapkannya.
Bahasa dan tulisan mereka sangat dipengaruhi Inggris yang terakhir menjajah lebih dari seratus lima puluh tahun hingga Sri Lanka merdeka, jadi hukum Diterangkan Menerangkan (DM) dan Menerangkan Diterangkan (MD), terasa bedanya disana kalau diterapkan dengan bahasa melayu Indonesia, contoh Daun Teh, disana namanya Teh Daun, begitu juga dengan Daun Pisang menjadi Pisang Daun. Itu sebab Azoor menulis kepada saya “Saya Kakek mari datang”, yang maksudnya Kakek Saya datang kemari.
Ada beberapa kota yang kami lalui setelah Kandy, jalanan mulai menurun, supir minibus yang kami sewa, menerang kan nama-nama tempat dan kami mampir dibeberapa outlet penjualan teh.
Memang lebih bagus kalau kita berpergian 8-10 orang sewa minibus saja, lebih murah dan bisa singgah dimana saja.
Malam itupun kami menginap di motel yang terletak di pinggir laut, belum lagi sampai di Tissamaharama. motel ini semalam sewanya 2500 srl, ada kelambu juga. Ciri khasnya Sri Lanka ya kelambu.
Sri Lanka dikelilingi laut, laut le pas, sepanjang pantai pulau itu men jadi tempat wisata yang menarik. Deburan ombak samudera Hindia membuat peminat oleh raga selancar ramai datang kesana.
Kami susuri bibir pantai menuju ke kampung Tissamaharama, bersama kami ada seorang anggota dari Coslam Colombo yang menema ni sepanjang perjalanan. Kampung Tissamaharama ini saat stunami dulu melanda, puluhan ribu umat islam terkorban. Sebagian yang selamat di pindahkan oleh pemerintah Sri Lanka ke kampung lain. Sebagian yang terselamat masih tinggal disana.
Di Tissamaharam ini ada sebuah sekolah yang mengajarkan bahasa melayu, guru-gurunya dapat berba hasa melayu, bahasa melayu ala Sri Lanka, banyak juga kosakata yang tak dapat kumengerti.
Banyak yang kami perbincang kan, dalam pertemuan itu, antara lain soal kamus bahasa melayu. Bahasa melayu yang mana?, Indonesia, Malaysia, apakah Brunei yang baru saja membuat Kamus Besar Bahasa Brunei?.
Hal itulah yang kukemukan pada saat pertemuan di kantor Coslam di Colombo, diminta memberikan sambutan tentang melayu di Asia Tenggara, kebetulan negara – negara Asean semua sudah kukunjungi, tidak kurang 300 juta orang bisa bertutur bahasa melayu ala tempat tinggal mereka dan sangat dipengaruhi dialek setempat.
Di Thailand, tidak di selatan saja, sam pai ke utara orang dapat bertutur bahasa melayu, demikian pula di Laos, di Burma, di Vietnam, Kamboja, meski tak banyak di Piliphina pun orang bertutur bahasa melayu. Apalagi Singapura dan Malaysia.
Bisa saja seperti di Brunei, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menja di rujukan hampir seratus persent kosa kata yang ada dalam buku itu diadop oleh Kamus Bahasa Brunei. Tak salah bila Bahasa Melayu Sri lanka, tetap bahasa melayu sri lanka, dan KBBI bisa jadi rujukan mereka untuk menyusun Kamus Bahasa Melayu SriLanka. Rencana mereka akan menyusun kamus bahasa melayu sri lanka. (***)

Islam di Colombo Sri Lanka


Catatan Perjalanan dari Sri Lanka

melayu sri lanka

Konfrensi Melayu Sri Lanka Coslam, bersama TB Haji Azoor dan Prof Seeni

melayu srl1

Keluarga Melayu Sri Lanka, dari nenek dan cucu….

Sri Lanka-Setelah shalat di masjid merah, kami menuju hotel yang terletak di jalan Old Moor. Kubaca tentang Negara Srilangka yang terletak di selat India, tepatnya di bagian tenggara anak benua India. Luas negara ini 65 km2 dengan 9 propinsi, Colombo sebagai ibu kotanya.
Penduduk negara ini berjumlah sekitar 20an juta jiwa dari berbagai etnis. Pemeluk agama Budha mencapai 69 % dari penduduk, suku Tamil 18 % dan kaum Muslimin 3 %. Data ini sebenarnya versi pemerintah, dari pengamatan penulis, umat Islam disanah lebih dari itu.
Negara ini terkenal akan perkebunan teh dengan mutu tinggi yang membuat beberapa perusahaan perdagangan kaya. Di samping itu, negara ini juga terlenal dengan krajinan batu mulia. Perkebunan teh ini berada di provinsi Kandy orang disana terdengar mengucapkannya “Kendi”  wadah tempat air bahasa jawa juga kendi.  Nama lain Srilangka adalah Sailan, Ceylon orang Inggris menyebutnya.
Keindahan dan kesuburan tanah Srilangka membuat negara-negara penjajah tertarik ingin menguasainya. Selama tahun 1505-1658 negara ini dijajah oleh Portugal, 1658-1796 oleh Belanda, dan pada tahun 1796 Inggris menjajah negara ini kurang lebih selama 150 tahun sampai akhirnya negara ini merdeka pada tahun 1948. Penguasan penjajah ini terlihat dalam musium Nasional Sri Lanka. Sedikit batu bertulis yang menyatakan negeri yang dikeliling laut itu pernah didatangi Kafilah Islam.
Penyebaran Agama Islam
Padahal Islam telah masuk ke negara ini pada masa kekhalifahan Umar ibn Khattab abad ke-8 masehi. Ketika itu penduduk Sailan, nama lain Srilangka, mendengar tentang adanya agama Islam, lalu mereka mengirim utusan ke khalifah Umar dan akhirnya mereka masuk Islam. Jadi jauh sebelum penja jah itu datang. Mes kipun Islam di Sri Lanka merupakan agama Islam yang dipraktikkan oleh sekelompok minori tas dari populasi penduduk Sri Lanka.
Di Colombo saja berdiri ratusan mas jid, yang setiap jumatnya ramai dihadiri umat Islam. Termasuklah masjid merah yang terkenal itu. Kalau kita tanya, jamaah menyatakan di Colombo lebih 70 persen umat Islamnya. Satu dari masjid itu bernama masjid Java. dulu disitu terdapat perkampungan asal Jawa. Perkampungan ini sudah tidak ada lagi, hanya tinggal sebuah masjid tanpa penghuni. Keliling bangunan masjid yang masih terawat itu dipagari seng untuk pembangunan pusat perbelanjaan mewah.
sri lanka 4Komunitas muslim dibagi menjadi tiga kelompok etnis utama yaitu: Sri Lanka Moors, muslim India, dan Melayu yang masing-masing dengan sejarah dan tradisi berbeda. Sikap di antara mayoritas orang di Sri Lanka adalah dengan menggunakan istilah “muslim” sebagai suatu kesatuan kelompok etnis tanpa membedakan daerah asalnya.
Warna hijau pada salah bagian bende ra Sri Lanka mengartikan negara tersebut terdiri dari muslim Sri Lanka
Etnis Moor Sri Lanka merupakan etnis muslim terbesar sekitar 92% dari keseluruhan muslim di sana, disusul oleh etnis Melayu sekitar 5% dan etnis India. Masyarakat dan pemerintah, menyebut semua etnis muslim tersebut dalam satu kesatuan sebagai “etnis muslim” secara khusus ditujukan kepa da muslim Moor Sri Lanka. Yang lebih menarik adalah etnis Shinhala yang beragam Islam pun turut disebut sebagai “Etnis Muslim”.
Tahun 1980 pemerintah Sri Lanka membentuk Departemen Urusan Agama dan Budaya Islam, khusus menangani kepentingan muslim Sri Lanka, juga merupakan sikap tegas pemerintah Sri Lanka terhadap usaha Etnis Tamil yang berupaya menjadi kan muslim Sri Lanka sebagai bagian dari Etnis Tamil. Pemerintah Sri Lan ka yang dikuasai oleh Etnis Shinhala menentang usaha tersebut dan tetap menjadikan umat Islam di sana seba gai ‘etnis muslim’ dengan identitas nya sendiri. Selain muslim Suni (mazhaf Syafi’I dan Hanafi) serta komunitas kecil Shiah, Komunitas Ahmadiyah di Sri Lanka sudah berdiri sejak tahun 1915, namun muslim Sri Lanka menganggap Ahmadiyah bukan bagian dari Islam.
Saat ini ada sekitar 5000 masjid di Sri Lanka yang senantiasa berkoordi nasi dengan Departemen urusan agama dan Budaya Islam Sri Lanka. Selain masjid, ada sekitar 749 sekolah Islam dan 205 madrasah di Sri Lanka yang mengajarkan pendidikan Islam, salah satu sekolah Islam ternama di Sri Lanka adalah Zahira College di Colombo. Zahira College merupakan sekolah Islam pertama di Sri Lanka, dibangun pada tahun 1892 oleh tokoh muslim Sri Lanka I. L. M. Abdul Aziz dan Arasi Marikar Wapchie Marikar dengan bantuan dana dari Ahmed Orabi Pasha. Awalnya sekolah ini merupakan Madrasah bernama Al Madrasathul Zahira dan kini menjadi sekolah Islam terbesar dengan siswanya mencapai 4000 orang dan merupakan salah satu sekolah paling bergengsi di Sri Lanka. Di dalam kompleks sekolah ini terdapat mas jid tertua di Sri Lanka, yang masih eksis hingga kini. muslim Sri Lanka juga memiliki universitas Islam di Beruwala (Jamiya Naleemiya).
Para pedagang muslim dari jajirah Arab terus berdatangan dan menyebar, sehingga perdagangan mereka bersa ma-sama dengan penduduk Sailan mencapai kejayaan dan posisi penting di negara tersebut sampai akhir abad ke 15.
Kemudian kaum muslimin dilanda musibah besar dengan berdatangannya kaum penjajah. Keadaan mereka berba lik 180 derajat dan mereka mengalami berbagai macam penderitaan. Penjajah Portugal melakukan peindasan dan pe ngusiran terhadap mereka, bahkan beri bu-ribu orang telah dibunuh, karena mereka mengadakan perlawanan dalam rangka mempertahankan Sailan. Hal ini persis dialamai muslim di Manila.
Orang-orang Portugal mengusir kaum muslimin dari ibu kota, meng hambat gerak-gerik mereka dan me mecat mereka dari pekerjaan, bahkan sebagian dari mereka ada yang dibakar hidup-hidup. Orang-orang Portugal menutup sekolah-sekolah kaum muslimin dan mulai melancar kan gerakan kristenisasi di berbagai pelosok negeri.
Lalu datang masa penjajahan belanda yang memerintah negri ini dengan kekerasan, membuat undang-undang yang melarang kaum mus limin melakukan kegiatan ibadah, menindas serta memaksa mereka membayar pajak kematian; yaitu bahwa setiap orang harus membayar pajak sebagai jaminan perlindungan kehidupan mereka, merampas harta benda mereka, dan melarang mereka melakukan aktifitas perdangan atau berhubungan dengan para pedagang muslim lainnya.
Dan terakhir datang penjajah inggris yang melakukan siasat adu domba dan selalu kaum muslimin menjadi korban pembodohan dan penindasan.
Penulis berkesempatan bertemu dengan komunitas muslim yang tergabung dalam Coslam, mereka baru saja mengadakan konfrensi yang ke-9. Kami diajak mengunjungi komunitas melayu lainnya, sampai ke Tissamaharam. (bersambung)